Rahim Pengganti

Bab 117 "Xavier Alexander"



Bab 117 "Xavier Alexander"

0Bab     
0

117     

Xavier Alexander     

Seorang laki laki terdiam di dalam kamar nya, diri nya menatap lurus ke arah jendela kamar tersebut, suasana di dalam kamar saat ini sangat gelap. Hanya cahaya bulan dari jendela yang masuk ke dalam kamarnya. Berulang kali, helaan nafas berat itu terdengar. Bukan tanpa sebab laki laki itu duduk di sana, pikiran nya sangat tidak tenang.     

Pertemuan tak terduga dengan wanita yang masih mengisi hati nya semakin membuat dia tidak bisa melupakan masa lalu, pria itu adalah Xavier Alexander pria yang menjadi alasan terbesar bagi Siska untuk pulang ke Indonesia.     

Ceklek     

Pintu kamar itu terbuka dengan sangat lebar, Xavier masih tetap diam di sana. Orang tersebut masuk dan langsung menyalakan lampu kamar, bisa di lihat bagaimana kondisi Xavier saat ini. Pria itu terlihat sangat kacau, bahkan begitu memprihatinkan.     

"Kamu mau jadi lemah? Bukankah Papa sudah mengatakan untuk jangan terlihat lemah di depan wanita?" bentak pria itu. Pria yang menyebut diri nya sebagai papa dari Xavier. Bukan menjawab malahan Xavier terlihat acuh tak acuh dengan ucapan dari orang itu.     

Pria itu masih duduk dengan menatap jendela, helaan nafas kesal terdengar sangat jelas pria itu mendekati sang anak dengan tangan yang mengepal.     

"Xavier!! Kamu dengar ucapan Papa?!" Lagi pria itu meninggi kan suara nya namun, masih tetap tidak dihiraukan oleh Xavier. Pria itu malah beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam kamar mandi, diri nya tidak peduli dengan apa yang di ucapkan oleh pria yang saat ini sedang menahan amarahnya.     

"Tidak akan saya biarkan kalian bahagia. Tidak akan ada lagi kebahagian di dekat kalian," ujar pria itu lalu pergi dari sana.     

***     

Seorang pria terbangun dari tidurnya karena teriakan dari anak kecil yang tiba tiba masuk ke dalam kamarnya. Hal itu membuat pria itu dengan sangat terpaksa membuka mata nya. Saat sudah terbuka senyum terpantri di bibirnya.     

"Morning Daddy," ucap anak laki laki itu. Pria itu tersenyum manis melihat anaknya yang sudah rapi dan siap membangunkannya saat ini.     

"Morning son, kamu sudah rapi. Daddy boleh di kiss?" tanya nya. Anak itu lalu mengecup pipi sang Daddy dan memeluknya dengan erat begitu bahagianya dia mendapatkan perlakuan setiap saat ini.     

"Daddy woke up. Granpa and granma wait breakfast," ujarnya.     

"Okay, Daddy mandi sebentar kamu tunggu di sini ya Son." Anak itu menganggukkan kepalanya.     

Sebelum keluar dari dalam kamar nya, pria itu lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi, berganti pakaian dan mandi lebih dulu. Tidak ada dalam sejarah pria itu akan seperti biasa biasa saja.     

Tak membutuhkan banyak waktu mereka berdua keluar dari sana, anak berusia 4 tahun itu tersenyum bahagia bisa melihat sang Daddy di pagi hari yang cerah ini.     

"Sudah bangun nak, duduk di sini," ujar seorang wanita paruh baya namun, masih terlihat sangat cantik.     

Pria itu duduk di sana, gak lupa dirinya juga menarik kursi untuk anaknya duduk. Kursi yang spesial Agara sang anak bisa nyaman makan di meja makan.     

"Hari ini kamu mau kemana Xavier?" tanya pria paruh baya itu. Pria yang semalam datang dengan sangat emosi ke dalam kamarnya dan berakhir sang anak tidak peduli.     

"Ke galeri dulu. Terus baru pergi ke suatu tempat," jawabnya singkat.     

"Daddy hari ini sudah janji sama aku mau pergi ke taman. Apa Daddy lupa?" tanya polos anak kecil itu. Xavier menoleh dan tersenyum ke arah anaknya. Anak yang dihasilkan karena tidak kesengajaan, karna anak ini juga dirinya menjadi tumbal sang ayah membalaskan dendam.     

Dellon Alexander, anak laki laki berusia 4 tahun. Anak yang begitu dicintai oleh Xavier, meskipun kehadirannya tidak diinginkan saat itu namun, Xavier sangat bahagia ketika Dellon lahir anak yang berhasil membuat hati Xavier bergetar karena mendengar suara tangisnya.     

"Tenang son. Daddy pasti ingat, nanti kita pergi ke taman bersama," jawab Xavier. Dellon sangat senang dengan apa yang dirinya dengarkan, anak itu bahagia sekali sangat jarang sang Daddy ada di rumah, bahkan bisa di hitung dengan jari mengenai hal itu. Sehingga terkadang Dellon suka menyendiri di rumah.     

"Jangan berikan harapan kalau nyatanya kamu tidak bisa menepati janji," ujar pria paruh baya itu. Mendengar hal itu bukannya marah tapi Xavier hanya tertawa, sudah terlalu banyak drama di rumah ini sehingga membuatnya malas untuk meladeni hal itu.     

Ini jugalah yang menjadi alasan diri nya untuk lebih nyaman tinggal di apartemen. Dibandingkan harus berada di dalam rumah dengan kondisi, seperti saat ini yang benar benar toxic.     

Selesai sarapan, Xavier pamit lebih dulu. Dirinya berjanji kepada sang anak akan pulang lebih cepat. Hari ini pria itu hanya akan pergi ke galeri, mencari tahu siapa saja yang sering berkunjung. Karena pertemuannya dengan, Siska saat itu benar benar membuat Xavier merindukan gadisnya.     

Wanita yang seharusnya sudah menikah dengannya namun, karena kelicikan sang ayah menyebabkan Xavier harus menerima konsekuensi yang terjadi.     

Selama di perjalanan Xavier terus menatap foto dimana senyuman manis terpantri di wajah Siska melihat hal itu membuat Xavier ikut tersenyum dan menatap nya dengan penuh cinta.     

***     

Saat ini, Xavier sedang berada di ruangan sahabatnya. Pria itu duduk di sana, setelah dari galeri. Dirinya mampir lebih dulu ke kantor Arya, sahabat dari kecil yang juga menjadi tempat cerita Xavier.     

"Lo ketemu dia dimana?" tanya Arya.     

"Di galeri. Gue gak tahu dia ngapain ke sana. Tapi ketika lihat gue, dia langsung menghilang, seolah saat itu dia sedang lihat hantu," jawab Xavier. Mendengar jawaban itu membuat Arya tertawa dengan sangat kencang, pria itu tidak sudah tidak tahan menahan tawanya yang akhirnya pecah.     

Arya tahu bagaimana bucinya Xavier kepada Siska dan hal itu selalu sama walaupun sudah 4 tahun lamanya dirinya menahan semuanya sendirian. Dan melihat raut wajah Xavier seperti saat ini semakin membuat Arya tertawa.     

"Gue gak butuh lo ketawa. Kesel banget deh gue," ujarnya. Sedangkan Arya, bukannya berhenti dirinya semakin keras tertawa, mendengar hal itu membuat Xavier hanya menatap datar ke arah sang sahabat. Diri nya akan membiarkan Arya seperti ini dulu, agar sahabatnya itu bahagia.     

Mata Xavier menatap ke arah sebuah undangan yang ada di meja Arya. Pria itu lalu membukannya, mata Xavier melotot tajam ketika melihat nama siapa yang tertera di sana. Nama yang dirinya rindukan.     

"Nah udah lo buka. Ini juga alasan gue, minta lo datang. Ini sepertinya alasan Siska ke galeri. Dia mau grand opening cafe baru, dan lo tahu Bian pengusaha sukses itulah kita kita dapat undangan dari dia," ujar Arya.     

"Lo pergi?" tanya Xavier.     

"Gak bisa. Ale lagi gak bisa ditinggal, lo tahu gimana menghadapi ibu hamil manjanya liar biasa. Paling nanti gue kirim buket bunga selamat aja," balasnya.     

Senyum terpantri di wajah, Xavier melihat hal itu semakin membuat Arya tidak mengerti akan sikap sahabatnya ini yang sering berubah ubah.     

###     

Bab satu meluncur, nantikan dua bab lainnya. Yaa. Selamat membaca dan terima kasih, sehat terus buat kita semuanya ya. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.